Pages

Jumat, 30 Maret 2012

Mengenai Orang Zalim

Sahabat, hari ini, saya ingin mengajak kalian untuk bertafakur mengenali orang zalim. Kita sering mendengar, ada orang yang merasa dizalimi. Tetapi kita nyaris tidak pernah tahu, siapa yang menzalimi dan bagaimana dia dizalimi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita merenung, siapa sih yang disebut orang zalim itu ?


Allah berfirman : “ Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas qolbu mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” ( QS 18 : 57 )

Dalam ayat tersebut, Allah menyebut ciri-ciri orang yang zalim, yaitu : (1) orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan, lalu dia berpaling, (2) orang yang melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, (3) orang yang telah ditutup qolbunya oleh Allah dan (4) orang yang telah disumbat pendengarannya.

Mari kita telaah satu demi satu ciri-ciri itu.

Pertama, orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan, lalu berpaling. Begitu banyak ayat-ayat yang berisi peringatan, baik di dalam al Quran maupun dalam alam semesta. Peringatan sesungguhnya bermakna sesuatu yang menyebabkan orang menjadi ingat, atau, sesuatu yang akan menyadarkan manusia dari kelalaiannya. Hal ini penting kita cermati, karena manusia memang diciptakan sebagai mahluk yang memiliki kecenderungan untuk lalai atau lupa. Untuk itulah Allah mengingatkan dengan berbagai cara. Ada yang diingatkan dengan ayat-ayat yang tertulis, namun banyak pula peringatan yang disampaikan dalam bentuk ayat-ayat yang tidak tertulis, yakni melalui kejadian atau peristiwa alam. Semua itu adalah peringatan dari Tuhan supaya kita tidak lalai.

Tetapi lupa yang paling besar sehingga seseorang disebut sebagai orang zalim adalah lupa kepada Allah, lupa mengingat Allah sebagai akibat lupa untuk mengenaliNya. Padahal, Allah sudah mengambil sumpah kepada setiap keturunan Adam, yaitu : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." ( QS 7 : 172 ).

Itu adalah syahadat kita di alam roh, yang semestinya diikuti oleh syahadat dengan penyaksian ketika kita sudah berada di alam dunia sekarang. Tetapi, banyak di antara kita yang lalai akan hal ini, sehingga Allah mengingatkan kita. Dan, kalau kita tetap melawan atau membangkang dengan menolak bersyahadat secara benar, maka kita digolongkan sebagai orang yang zalim.

Kedua, orang yang melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Mari coba kita bertanya pada diri kita, apa sih yang seharusnya diperbuat oleh kedua tangan kita dalam kaitan syahadat kita kepada Allah ? Barangkali, tidak banyak di antara kita yang telah mampu mempergunakan kedua tangan yang dianugerahkan Tuhan untuk bersyahadat kepadaNya, karena kita menganggap bahwa bersyahadat itu hanya dengan mulut. Syahadat adalah penyaksian. Organ tubuh kita yang dipergunakan untuk menyaksikan adalah penglihatan atau mata. Kita dianugerahi dua pasang mata. Sepasang mata lahir dan sepasang lagi mata qolbu. Mata lahir untuk melihat hal-hal yang lahir, dan mata qolbu untuk menyaksikan apa-apa yang ada di dalam qolbu kita. Mulut hanya berfungsi untuk menceritakan pengalaman mata yang menyaksikan. Itulah syahadat yang sejati.

Maka, para arif-billah, yaitu orang-orang yang telah mengenal Allah sepakat menyatakan, barangsiapa yang kedua tangannya tidak dapat mengantarkannya mengenal Allah, maka derajat tangan itu tidak ubahnya tangan kera. Jadi, jika kita lalai memfungsikan tangan kita seperti yang dikehendaki oleh Allah, maka kita pun menjadi golongan orang-orang yang zalim.

Ketiga, orang yang telah ditutup pandangan mata qolbunya oleh Allah. Seperti kita ketahui, Rasulullah SAW mengingatkan kita dengan sabdanya “qolbul mu’minin baitullah” – qolbunya orang beriman adalah rumahnya Allah – sehingga jika qolbu itu telah diberi tutupan oleh Allah, maka itulah laknat dari Allah yang paling besar. Qolbu yang diberi tutupan adalah qolbu yang teralingi atau terhijab, sehingga mata qolbunya tidak mampu melihat kebesaran Allah. Inilah yang diancam oleh Allah : “faman-kaana fi hadzihi a’ma, fa huwa fil akhiroti a’ma, wa adhollu sabiila” – barangsiapa yang buta mata qolbunya sehingga tidak melihat Allah, maka di akhirat dia akan lebih buta dan lebih sesat lagi jalannya – semestinya harus kita cermati.

Jika kita masih terhijab sampai saat meninggal dunia nanti, maka itulah azab yang pedih, karena kita tergolong orang yang zalim.

Keempat, orang yang telinganya disumbat sehingga tidak dapat menangkap seruan. Ini pun azab Allah yang besar. Marilah kita sadari bersama bahwa keindahan suara kicau burung, suara musik dan suara-suara apa pun hanya akan dapat dinikmati oleh orang yang mendengar. Orang yang tidak mendengar, dia tidak akan dapat menangkap indahnya kicau burung, merdunya suara qori atau qoriah melantunkan ayat al Quran. Orang yang tidak mendengar disebut sebagai orang yang tuli, dan akibat dari ketuliannya itu, tidak saja menyebabkan orang tidak dapat mendengar, tetapi juga menyebabkan seorang tidak dapat berbicara.

Jika telinga kita tidak mampu mendengar seruan Allah dan seruan hati nurani kita, maka kita pun digolongkan sebagai orang yang zalim. Dan Allah mengingatkan : niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. Bukankah ini azab yang paling besar dan paling pedih ?

Wallohua’lam.[fat]
 
http://fatchurrachman.blogspot.com/2010/03/mengenai-orang-zalim.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar